Yesus dan perempuan yang kedapatan berzina (atau
Pericope Adulterae[lower-alpha 1]) adalah
perikop di dalam Injil Yohanes (
Yohanes 7:53–8:1–11) yang sudah sering dibahas para sarjana.Di dalam perikop tersebut diriwayatkan bahwa, saat
Yesus sedang mengajar di
Bait Allah, seturunnya dari
bukit Zaitun, sekelompok ahli Taurat dan orang
Farisi datang menyela ceramahnya. Mereka menghadapkan seorang perempuan yang tertangkap basah berbuat
zina, sembari berkoar-koar bahwa hukuman bagi pezina yang tertangkap basah seperti perempuan itu adalah rajam, sesuai ketentuan
syariat Musa.
[1] Yesus hanya menulis-nulis sesuatu di lantai dengan jarinya, tetapi lantaran para pendakwa perempuan itu terus-menerus menuntut fatwa darinya, Yesus akhirnya menegaskan bahwa orang yang tidak berdosalah yang harus melemparkan batu pertama untuk merajam perempuan itu. Karena insaf bahwa tak seorang pun di antara mereka yang tidak berdosa, para pendakwa maupun kerumunan akhirnya membubarkan diri, tinggal Yesus sendiri bersama perempuan itu. Yesus menanyai perempuan itu, adakah orang yang menghukumnya, dan perempuan itu menjawab, tidak. Yesus mengatakan bahwa ia pun tidak menghukumnya, lalu menyuruhnya pulang dan tidak lagi berbuat dosa.Sudah menjadi mufakat akademis yang bulat dewasa ini bahwasanya perikop tersebut adalah sebuah interpolasi yang baru ditambahkan kemudian hari, yaitu sesudah penulisan naskah-naskah tertua
Injil Yohanes yang diketahui. Sekalipun disertakan di dalam semua terjemahan modern, biasanya perikop ini dilengkapi dengan keterangan yang menyatakan statusnya sebagai interpolasi yang baru ditambahkan kemudian hari, seperti yang terdapat di dalam
Novum Testamentum Graece NA28. Pandangan ini sudah dianut "sebagian besar sarjana Perjanjian Baru, termasuk sebagian besar sarjana Perjanjian Baru yang injili, lebih dari seabad lamanya" (ditulis pada tahun 2009).
[2] Tampaknya perikop ini sudah menjadi bagian dari beberapa teks Injil Yohanes pada abad ke-4, dan berterima umum pada abad ke-5.Kisah ini sejalan dengan banyak cerita dalam kitab-kitab
Injil dan bertarikh kuno (dirujuk dalam
Didascalia Apostolorum, dan tampaknya juga oleh
Papias dari Hierapolis), tetapi sejumlah kritikus berargumen
[3][4] bahwa bagian itu "bukan merupakan bagian asli naskah Injil Yohanes."
[5] Sebaliknya,
Konsili Trento menyatakan bahwa
Alkitab bahasa Latin Vulgata adalah otektik dan otoritatif.
[6] Alkitab Vulgata memuat
Yohanes 7:53–8:11 sebagaimana yang ada dalam
Alkitab modern sekarang.Kisah ini dan pesan untuk tidak cepat menghukum jika seseorang tidak suci, serta melaksanakan keadilan dengan kemurahan hati, telah tertanam lama dalam pemikiran
Kristen. Baik kata-kata "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu"
[7] dan "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi "
[8] telah dipakai secara umum. Frasa pepatah bahasa Inggris "
cast the first stone" ("melempar batu pertama") diturunkan dari nas ini.
[9] Bagian ini dianggap sebagai konfirmasi kemampuan
Yesus Kristus untuk "menulis" (bukan hanya "membaca" saja; dalam masyarakat kuno, lebih banyak orang dapat membaca daripada dapat menulis), bukan hanya diindikasikan dalam kitab-kitab
Injil, meskipun kata "εγραφεν" (egrafen) dalam ayat
Yohanes 8:8 dapat juga diartikan "menggambar" selain "menulis".
[10]Topik "Yesus menulis di tanah" menjadi umum dalam bidang seni, terutama sejak zaman
Renaissance dan seterusnya; "Christ and the Woman Taken in Adultery" lukisan
Pieter Bruegel adalah contoh yang terkenal. Ada tradisi abad pertengahan, berasal dari komentar yang dianggap dari
Ambrose, bahwa kata-kata yang dituliskan adalah terra terram accusat ("bumi menuduh bumi"), yang ditunjukkan dalam penggambaran sejumlah karya seni, misalnya
Codex Egberti. Lagu "The Stones" dari penyanyi Kristen, Ray Boltz, mengidungkan kisah Alkitab ini. Ada usulan spekulatif lain mengenai apa yang tertulis.
[11]