Sriwijaya
Sriwijaya

Sriwijaya

Sriwijaya adalah kerajaan bahari historis yang berasal dari Pulau Sumatra sekitar abad ke-7 sampai abad ke-11. Kehadirannya banyak memberi pengaruh pada perkembangan sejarah Asia Tenggara (terutama dalam kawasan Nusantara barat).[3][4] Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan vijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan";[4] dengan demikian, nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Lokasi ibukota Sriwijaya dapat dengan akurat disimpulkan berada di Kota Palembang, tepatnya di muara Sungai Musi.[2]:295 Sriwijaya terdiri dari sejumlah pelabuhan yang saling berhubungan di sekitar Selat Malaka.[5]Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.[6][7] Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.[8]Meskipun sempat dianggap sebagai talasokrasi (kerajaan berbasis maritim), penelitian baru tentang catatan yang tersedia menunjukkan bahwa Sriwijaya merupakan negara berbasis darat daripada kekuatan maritim. Armada laut memang tersedia tetapi bertindak sebagai dukungan logistik untuk memfasilitasi proyeksi kekuatan darat. Menanggapi perubahan ekonomi maritim Asia, dan terancam oleh hilangnya negara bawahannya, kerajaan-kerajaan disekitar selat Malaka mengembangkan strategi angkatan laut untuk menunda kemerosotannya. Strategi angkatan laut kerajaan-kerajaan disekitar selat Malaka bersifat menghukum untuk memaksa kapal-kapal dagang datang ke pelabuhan mereka. Kemudian, strategi angkatan laut kerajaan-kerajaan tersebut merosot menjadi armada perompak.[9]Pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut akibat beberapa peperangan.[4] Serangan besar pada tahun 1025 dilancarkan oleh pasukan Rajendra Chola I dari Koromandel.[10] Setelah itu, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 oleh sejarawan Prancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient.[1]

Sriwijaya

Ibu kota
• Invasi dari Chola 1025
Pemerintahan Monarki
• Didirikan 671
• 988 Sri Cudamani Warmadewa
(Prasasti Leiden)
• 703 Sri Indrawarman
(Kronik Tiongkok)
• 824 Samaratungga
(Prasasti Kayumwungan)
• 728 Rudra Wikrama
(Kronik Tiongkok)
Maharaja  
• 671 Dapunta Hyang
(Pendiri Sriwijaya)
Agama Buddha Vajrayana, Buddha Mahayana, Buddha Hinayana
• 782 Dharanindra
(Prasasti Kelurak)
• 860 Balaputradewa
(Prasasti Nalanda)
• 960 Sri Udayaditya Warmadewa
(Kronik Tiongkok)
Sejarah  
Sekarang bagian dari
• 1008 Sri Mara-Vijayottunggawarman
(Prasasti Leiden)
Bahasa yang umum digunakan Melayu Kuno, Sanskerta
Mata uang Koin emas dan perak
• 1025 Sangrama-Vijayottunggawarman
(Prasasti Tanjore)

Referensi

WikiPedia: Sriwijaya http://melayuonline.com/eng/researcher/dig/16/bamb... http://www.epalembang.com/lang/en/travel-tourism/l... http://exhibitions.nlb.gov.sg/kaalachakra/art_and_... http://www.bridgemanart.com/image/Srivijaya-7th-13... http://books.google.co.id/books?id=EIjcRG4AXisC&pg... http://www.yumpu.com/en/document/view/11876730/two... http://asiapacific.anu.edu.au/newmandala/2011/11/1... http://www.indonesia.travel/en/news/detail/541/spe... http://history.melayuonline.com/?a=c3NWL29QTS9VenV... http://arkeologi.palembang.go.id/