50.000 serdadu
214.000 serdadu cadangan
300 pesawat tempur
800 tank
[3]Mesir: 240.000 serdadu
Suriah, Yordania, dan Irak: 307.000 serdadu
957 pesawat tempur
2.504 tank
[3]Lebanon: 2 pesawat tempur
[4]776–983
[5][6] tewas
4.517 luka-luka
15 ditawan musuh
[6]Mesir: 10.000–15.000 tewas atau hilang
[8][9]4.338 ditawan musuh
[10]Yordania: 696 tewas atau hilang
[11][12][13]533 ditawan musuh
[10]Suriah: 2.500 tewas
[14][15][16]591 ditawan musuh
Irak: 10 tewas
30 luka-luka
Lebanon: 1 pesawat tempur hilang
[4]Perang di SinaiPerang di YordaniaPerang di Laut TengahPerang di SuriahPerang Enam Hari (
bahasa Ibrani: מלחמת ששת הימים, Milhemet Syesyet Hayamim;
bahasa Arab: حرب الأيام الستة, Harbul Ayyamus Sittah), yang disebut pula
Musibah Kemunduran (
bahasa Arab: النكسة, An-Naksah),
Perang Juni,
Perang Arab-Israel Ketiga,
Perang Arab-Israel 1967, atau
Perang 1967 (
bahasa Arab: حرب ۱۹٦۷, Ḥarb 1967), adalah perang antara
Israel dan tiga negara Arab tetangganya, yakni
Mesir (kala itu bernama
Republik Arab Bersatu),
Yordania, dan
Suriah, yang berlangsung dari tanggal 5–10 Juni 1967.Hubungan antara Israel dan negara-negara jirannya tidak kunjung membaik selepas
Perang Arab-Israel 1948. Pada tahun 1956,
Israel menginvasi Semenanjung Sinai, dengan salah satu tujuan untuk membuka kembali
Selat Tiran yang ditutup bagi industri pelayaran Israel oleh Mesir sejak tahun 1950. Israel dapat didesak mundur, tetapi berhasil memaksa Mesir menjamin keleluasaan kapal-kapal Israel untuk berlalu-lalang di Selat Tiran. Meskipun
Pasukan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa ditempatkan di sepanjang tapal batas kedua negara, tidak ada kesepakatan
demiliterisasi.
[21]Situasi kian genting menjelang bulan Juni 1967. Israel mengulangi pernyataan pasca-1956 bahwa penutupan Selat Tiran bagi industri pelayarannya akan menjadi
casus belli. Pada bulan Mei, Presiden Mesir,
Gamal Abdul Nasir memaklumkan penutupan selat bagi kapal-kapal Israel, lalu mengerahkan angkatan bersenjata Mesir untuk berjaga-jaga di sepanjang tapal batas Israel. Pada tanggal 5 Juni, Israel melancarkan serangan yang diklaimnya sebagai serentetan serangan udara
dini terhadap lapangan-lapangan terbang Mesir. Klaim-klaim dan klaim-klaim tandingan yang berkaitan dengan rentetan peristiwa ini merupakan salah satu dari sekian banyak
kontroversi seputar Perang Enam Hari.Mesir sama sekali tidak menduga serangan Israel, sehingga hampir seluruh kekuatan tempur udara Mesir binasa, sementara kekuatan tempur udara Israel hanya mengalami sedikit kerugian. Keadaan ini menjadikan Israel
lebih unggul di udara. Pada saat yang sama, Israel juga melancarkan serangan darat ke daerah
Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai, yang juga tidak disangka-sangka oleh Mesir. Setelah bertahan menghadapi gempuran Israel selama beberapa waktu, Presiden Mesir,
Gamal Abdul Nasir, memerintahkan evakuasi dari Semenanjung Sinai. Pasukan Israel bergerak cepat ke arah barat, memburu dan menghancurkan pasukan Mesir yang sedang ditarik mundur, dan berhasil menguasai Semenanjung Sinai.Gamal Abdul Nasir berhasil menghasut Suriah dan Yordania untuk mulai menyerang Israel dengan memanfaatkan situasi yang masih belum menentu untuk mengklaim bahwa Mesir telah berhasil mematahkan serangan udara Israel. Serangan balasan Israel berhasil memaksa Yordania melepaskan daerah
Yerusalem Timur dan daerah
Tepi Barat, sementara Suriah terpaksa melepaskan daerah
Dataran Tinggi Golan.Pihak-pihak yang bertikai akhirnya bersedia menandatangani sebuah kesepakatan gencatan senjata pada tanggal 11 Juni. Perang Enam Hari telah melumpuhkan kekuatan militer Mesir, Suriah, dan Yordania, karena Israel berhasil menewaskan sekitar 20.000 orang serdadu mereka dan hanya kehilangan kurang dari 1.000 orang serdadu. Keberhasilan Israel bukan hanya karena hasil dari strategi yang dipersiapkan dengan matang dan dilaksanakan dengan sempurna, tetapi juga disebabkan oleh lemahnya kepemimpinan negara-negara Arab dan lemahnya kepemimpinan serta strategi militernya. Israel berhasil merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Kemenangan Israel membuatnya makin terpandang di mata dunia internasional, sekaligus mempermalukan Mesir, Yordania, dan Suriah, sampai-sampai Gamal Abdul Nasir undur diri dari jabatannya selaku Presiden Mesir, meskipun akhirnya kembali menjabat setelah rakyat Mesir berdemonstrasi menolak pengunduran dirinya. Kemenangan Israel yang diraih dengan begitu cepat dan mudah membuat jajaran kepemimpinan
Angkatan Pertahanan Israel menjadi terlalu percaya diri. Rasa percaya diri yang berlebihan ini membuat Israel gegabah sehingga mula-mula dapat dikalahkan oleh negara-negara Arab dalam
Perang Yom Kippur pada tahun 1973, meskipun angkatan bersenjata Israel akhirnya dapat menundukkan kekuatan tempur negara-negara Arab dan memenangkan perang. Perpindahan penduduk akibat Perang Enam Hari telah menimbulkan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang, karena 300.000
warga Palestina terpaksa mengungsi dari daerah Tepi Barat, dan sekitar 100.000 warga Suriah terpaksa mengungsi dari daerah Dataran Tinggi Golan. Di seluruh negara Arab, masyarakat minoritas Yahudi terpaksa mengungsi atau diusir dari tempat tinggalnya. Sebagian besar pengungsi Yahudi dari negara-negara Arab ini hijrah ke Israel atau ke Eropa.