Santo Paus Yohanes Paulus II[lower-alpha 1] (18 Mei 1920 – 2 April 2005), yang bernama asli
Karol Józef Wojtyła, adalah
Paus,
Uskup Roma, dan kepala
Gereja Katolik Roma sejak
16 Oktober 1978 hingga kematiannya. Ia terpilih sebagai paus pada usia 58 tahun melalui
Konklaf Kepausan Oktober 1978, yang diadakan setelah
Paus Yohanes Paulus I, yang terpilih pada konklaf bulan Agustus, meninggal dunia 33 hari setelahnya. Ia terpilih pada hari ketiga konklaf dan memilih nama kepausan seperti pendahulunya untuk menghormatinya.
[1] Dia adalah Paus non-Italia pertama sejak
Paus Adrianus VI, yang menjabat untuk sesaat antara tahun 1522-1523.Paus Yohanes Paulus II selama masa kepausannya memerangi
komunisme,
kapitalisme yang tak terkendali dan penindasan politik. Ia secara signifikan meningkatkan hubungan Gereja Katolik dengan
Yahudi,
Islam, dan
Gereja Ortodoks Timur. Ia juga menjunjung tinggi ajaran Gereja berkenaan dengan hal-hal seperti
hak untuk hidup,
pengaturan kelahiran,
penahbisan imamat, dan imam yang hidup selibat, serta dengan tegas melawan
aborsi dan membela pendekatan Gereja Katolik Roma yang lebih tradisional terhadap
seksualitas manusia. Meskipun ia medukung reformasi Gereja yang terjadi setelah
Konsili Vatikan II, ia dianggap sebagai seorang yang konservatif dalam kepausannya menurut orang banyak.
[2][3]Paus Yohanes Paulus II telah melakukan lawatan ke 129 negara, termasuk
Indonesia, selama menjadi Paus dan menjadi pemimpin dunia yang paling banyak melawat dalam sejarah.
[4][5] Pada tahun
1989, ia mengunjungi
Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya adalah
Jakarta,
Medan (
Sumatra Utara),
Yogyakarta (
Jawa Tengah, dan
DIY) dan
Dili (
Timor Timur). Setelah berkunjung ke Indonesia, komentarnya ialah: "Tidak ada negara yang begitu toleran seperti Indonesia di muka bumi." [
sic]Ia berbicara dalam bahasa-bahasa
Italia,
Prancis,
Jerman,
Inggris,
Spanyol,
Portugis,
Ukraina,
Rusia,
Kroasia,
Esperanto,
Yunani Kuno dan
Latin selain bahasa ibunya,
bahasa Polandia.
[6] Sebagai bagian dari wewenang panggilan sucinya yang universal, ia telah melakukan
beatifikasi terhadap 1.340 orang dan melakukan
kanonisasi 483
santo/santa,
[7][8][9] lebih banyak dari gabungan beatifikasi dan
kanonisasi yang dilakukan pendahulunya selama lima abad terakhir.
[9][10][11][12][13][14]Paus Yohanes Paulus II memiliki masa tugas ketiga terlama dalam sejarah, setelah
Paus Pius IX dan
Santo Petrus. Ia meninggal pada tanggal 2 April 2005, dan dikebumikan di pemakaman di bawah
Basilika Santo Petrus. Pada
19 Desember 2009, Yohanes Paulus II telah mendapat gelar
venerabilis dari penerusnya
Paus Benediktus XVI.
[15][16][17][18] Ia
dibeatifikasi pada tanggal
1 Mei 2011,
[19] setelah
Kongregasi bagi Penyebab Penganugerahan Gelar Santo-Santa mengonfirmasi mukjizat pertama yang terjadi dengan perantaraan doanya, yaitu sembuhnya seorang biarawati Prancis bernama Marie Simon Pierre dari
penyakit Parkinson. Mukjizat kedua disetujui pada tanggal 2 Juli 2013, dan dikonfirmasi oleh
Paus Fransiskus dua hari kemudian. Paus Yohanes Paulus II dikanonisasi pada tanggal 27 April 2014 bersama dengan
Paus Yohanes XXIII.
[20] Pada 11 September 2014, Paus Fransiskus menambahkan peringatan fakultatif untuk kedua paus tersebut ke dalam
Kalender Gereja Roma bagi Santo-Santa. Khusus untuk Paus Yohanes Paulus II, hari perayaannya sebagai seorang santo pada tanggal 22 Oktober tidak berdasarkan pada hari kematiannya melainkan pada hari pelantikannya sebagai paus.
[21][22] Setelah meninggal, banyak umat Katolik yang menjulukinya sebagai "Santo Yohanes Paulus Agung", meskipun gelar tersebut tidak diakui secara resmi, sama seperti paus-paus lainnya yang mendapat julukan "Agung".
[23][24][25][26]