Orang Peranakan,
Tionghoa Peranakan, atau hanya
Peranakan (terkadang juga disebut "
Baba-Nyonya") adalah istilah yang digunakan oleh para keturunan
imigran Tionghoa yang sejak akhir
abad ke-15 dan
abad ke-16 telah berdomisili di kepulauan
Nusantara (sekarang
Indonesia), termasuk
Malaya Britania (sekarang
Malaysia Barat dan
Singapura). Di beberapa wilayah di Nusantara sebutan lain juga digunakan untuk menyebut orang Tionghoa Peranakan, seperti "
Tionghoa Benteng" (khusus
Tionghoa-Manchu di
Tangerang) dan "
Kiau-Seng" (di era kolonial
Hindia Belanda).Anggota etnis ini di
Malaka, Malaysia menyebut diri mereka sebagai "Baba-Nyonya". "Baba" adalah istilah sebutan untuk laki-lakinya dan "Nyonya" istilah untuk wanitanya. Sebutan ini berlaku terutama untuk populasi etnis Tionghoa dari
Negeri-Negeri Selat di
Malaya kala era kolonial,
Pulau Jawa yang kala itu dikuasai Belanda, dan lokasi lainnya, yang telah mengadopsi kebudayaan
Nusantara - baik sebagian atau seluruhnya - dan menjadi lebih berasimilasi dengan masyarakat
pribumi setempat. Banyak etnis ini yang merupakan kaum elit
Singapura, lebih setia kepada Inggris daripada Tiongkok. Sebagian besar telah tinggal selama beberapa generasi di sepanjang
selat Malaka dan sebagian besar telah memiliki garis keturunan dari perkawinan dengan orang Nusantara pribumi dan Melayu. Etnis Peranakan biasanya merupakan pedagang, perantara antara Inggris dan Tiongkok, atau Tionghoa dan Melayu, atau juga sebaliknya karena mereka dididik dalam sistem Inggris. Karena itu, orang Peranakan hampir selalu memiliki kemampuan untuk berbicara dalam dua bahasa atau lebih. Dalam generasi selanjutnya, banyak yang telah kehilangan kemampuan untuk berbicara
rumpun bahasa Tionghoa karena mereka telah berasimilasi dengan budaya
Semenanjung Malaya dan telah berbicara lancar
Bahasa Melayu sebagai bahasa pertama atau kedua.Istilah "Peranakan" paling sering digunakan di kalangan etnis Tionghoa bagi orang keturunan Tionghoa, di Singapura dan Malaysia orang keturunan Tionghoa ini dikenal sebagai
Tionghoa Selat (土生華人; karena domisili mereka di
Negeri-Negeri Selat), tetapi ada juga masyarakat Peranakan lain yang relatif kecil, seperti India Hindu Peranakan (
Chetti), India Muslim Peranakan (
Jawi Peranakan atau Jawi "Pekan") (
Abjad Jawi menjadi tulisan Arab yang telah di-Jawa-kan,
[2] "Pekan" adalah istilah sehari-hari yang telah mengalami kontraksi pengucapan dari "Peranakan"
[2]) dan Peranakan Eurasia (
Kristang[2]) (Kristang = Kristen).
[2][3] Kelompok ini memiliki hubungan paralel dengan orang
Hokkian Kamboja, yang merupakan keturunan
Tionghoa Hoklo. Mereka mempertahankan sebagian budaya mereka meskipun bahasa asli mereka secara bertahap menghilang beberapa generasi setelah bermukim.
[4]