Kemenangan Indonesia
IndonesiaDidukung oleh:
Timor LesteDidukung oleh:
Xanana Gusmão Ma'huno Bulerek Karathayano Nino Konis Santana25.000 pasukan reguler
70.000 milisi
5.000 cadangan
Invasi Indonesia ke Timor Timur, lebih dikenal sebagai
Operasi Seroja, dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 ketika
militer Indonesia masuk ke
Timor Timur dengan dalih
antikolonialisme dan
antikomunisme untuk menggulingkan rezim
Fretilin yang
muncul pada tahun 1974.
[13] Penggulingan pemerintah yang dipimpin secara singkat oleh Fretilin memicu
pendudukan kekerasan selama seperempat abad di mana sekitar 100.000–180.000 tentara dan warga sipil diperkirakan telah terbunuh atau mati kelaparan.
[12] Komisi Pengakuan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi di Timor Leste (CAVR) mendokumentasikan perkiraan minimum sebesar 102.000 kematian terkait konflik di Timor Timur selama periode 1974 hingga 1999, termasuk 18.600 pembunuhan dengan kekerasan dan 84.200 kematian akibat penyakit dan kelaparan; pasukan Indonesia dan gabungan pasukan pembantunya bertanggung jawab atas 70% dari total pembunuhan.
[14][15]Selama bulan-bulan pertama pendudukan, militer Indonesia menghadapi perlawanan pemberontakan yang berat di pedalaman pegunungan pulau, tetapi dari tahun 1977-1978, militer memperoleh persenjataan canggih baru dari
Amerika Serikat,
Australia, dan negara-negara lain, untuk menghancurkan basis Fretilin.
[16] Dua dekade terakhir abad ini menyaksikan bentrokan terus menerus antara kelompok Indonesia dan Timor Timur mengenai status Timor Timur,
[17] sampai tahun 1999, ketika mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka (pilihan alternatifnya adalah "otonomi khusus" sementara tetap menjadi bagian dari Indonesia). Setelah dua setengah tahun transisi lebih lanjut di bawah naungan tiga misi PBB yang berbeda, Timor Timur berhasil merdeka pada 20 Mei 2002.
[18]