Gender adalah serangkaian karakteristik yang terikat kepada dan membedakan
maskulinitas dan
femininitas. Karakeristik tersebut dapat mencakup
jenis kelamin (laki-laki, perempuan, atau
interseks), hal yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin (
struktur sosial sepeti
peran gender), atau
identitas gender.
[1][2][3] Orang-orang yang tidak mengidentifikasi dirinya sebagai pria atau wanita umumnya dikelompokkan ke dalam masyarakat nonbiner atau
genderqueer. Beberapa kebudayaan memiliki peran gender spesifik yang berbeda dari "pria" dan "wanita" yang secara kolektif disebut sebagai
gender ketiga seperti golongan
Bissu di masyarakat
Bugis di
Sulawesi dan orang
hijra di
Asia Selatan.
Seksolog Selandia Baru yaitu
John Money mencetuskan perbedaan penggunaan isitilah
jenis kelamin biologis dan gender sebagai peran pada tahun 1955. Sebelum itu, kata "gender" jarang digunakan untuk menyebut hal lain selain
gender gramatikal dalam ilmu bahasa.
[1][2] Definisi yang diajukan oleh Money tidak langsung banyak diakui sebelum akhirnya pada dekdae 1970-an ketika
teori feminis mengangkat konsep perbedaan antara jenis kelamin biologis dan
gender sebagai konstruksi sosial. Definisi tersebut hingga kini masih digunakan untuk beberapa konteks seperti dalam ilmu sosial
[4][5] dan beberapa dokumen terbitan
Organisasi Kesehatan Dunia.
[3]Konteks-konteks lain menggunakan istilah "gender" yang mencakup atau sebagai pengganti dari "jenis kelamin".
[1][2] Sebagai contoh, dalam kajian terhadap hewan nonmanusia, gender umumnya digunakan untuk menyebut jenis kelamin dari hewan.
[2] Perubahan makna dari kata "gender" dapat ditelusuri hingga dekade 1980-an. Pada tahun 1993,
Food and Drug Administration (FDA) mulai menggunakan gender sebagai pengganti istilah jenis kelamin (
bahasa Inggris: sex).
[6] Kemudian pada tahun 2011, FDA mulai menggunakan jenis kelamin/seks untuk klasifikasi biologis dan gender untuk "representasi diri seseorang sebagai laki-laki atau perempuan atau bagaimana ia merespon terhadap institusi-institusi sosial yang didasarkan pada presentasi gender seseorang."
[7]Beberapa ilmu seputar gender salah satunya adalah cabang dari
ilmu sosial yaitu
kajian gender.
Seksologi dan
ilmu saraf juga membahas beberapa hal mengenai gender. Kajian gender umumnya membahas gender sebagai sebuah
konstruksi sosial sementara ilmu-ilmu dalam
ilmu alam membahas mengenai
perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang dapat mempengaruhi perkembangan gender pada manusia. Kedua pendekatan tersebut berkontribusi dalam menyelidiki seberapa jauh perbedaan biologis mempengaruhi pembentukan identitas gender pada seseorang.
Trikotomi antara jenis kelamin biologis, gender psikologis, dan peran gender sosial pertama kali muncul pada sebuah artikel jurnal mengenai
transseksualisme pada tahun 1978.
[2][8]