Koordinat:
34°09′21″N 108°56′47″E / 34.15583°N 108.94639°E / 34.15583; 108.94639Dinasti Han (
/hɑːn/;
[4] Hanzi:
漢朝;
Pinyin: Hàncháo) adalah
dinasti kekaisaran Tiongkok (206 SM–220 M) yang kedua, berkuasa setelah
Dinasti Qin (221–206 SM) dan sebelum
Zaman Tiga Negara (220–280 M). Dinasti ini bertahan selama lebih dari empat abad, dan periode selama dinasti ini berkuasa dianggap sebagai
zaman keemasan dalam sejarah Tiongkok.
[5] Hingga saat ini,
kelompok etnis mayoritas Tiongkok menyebut diri mereka "suku Han" dan aksara Tionghoa disebut "
aksara Han".
[6] Dinasti ini didirikan oleh pemimpin pemberontak
Liu Bang,
yang dikenal secara anumerta dengan nama
Kaisar Gaozu. Sejarah dinasti ini sempat diselingi oleh
Dinasti Xin (9—23 M) yang didirikan oleh seorang mantan wali penguasa,
Wang Mang. Periode selingan ini membagi Dinasti Han menjadi dua periode:
Han Barat atau Han Awal (206 SM—9 M) dan
Han Timur atau Han Akhir (25—220 M).Kaisar berada di puncak masyarakat Han. Ia tidak hanya memegang tampuk
pemerintahan Dinasti Han, tetapi juga berbagi kekuasaan dengan
bangsawan Tiongkok dan para menteri pilihannya yang sebagian besar berasal dari golongan elit terpelajar. Kekaisaran Han dibagi menjadi daerah-daerah yang secara langsung dikendalikan oleh pemerintah pusat (yang disebut
jun), serta sejumlah
kerajaan semiotonom. Kerajaan-kerajaan ini secara bertahap kehilangan kemerdekaannya yang masih tersisa, khususnya setelah
Pemberontakan Tujuh Negara. Sementara itu, dari masa pemerintahan
Kaisar Wu (berkuasa 141–87 SM), pemerintah Tiongkok secara resmi mendukung
ajaran Kong Hu Cu sebagai ideologi pendidikan dan politik, yang digabungkan dengan
kosmologi yang dicetuskan oleh para cendekiawan seperti
Dong Zhongshu. Kebijakan ini bertahan sampai jatuhnya
Dinasti Qing pada tahun 1911 M.Dinasti Han menikmati
kemakmuran ekonomi dan pertumbuhan pesat
ekonomi uang yang sebelumnya diperkenalkan pada masa
Dinasti Zhou (sekitar tahun 1050–256 SM).
Koin yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat pada tahun 119 SM tetap menjadi koin standar Tiongkok sampai masa
Dinasti Tang (618–907 M). Untuk membiayai
perang dan permukiman di wilayah perbatasan yang baru ditaklukkan, pemerintah Han
menasionalisasi industri garam dan besi pada tahun 117 SM, tetapi monopoli pemerintah ini dicabut pada masa Dinasti Han Timur. Dinasti Han juga mencatat kemajuan yang signifikan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya adalah dalam
pembuatan kertas, pemakaian
kemudi di kapal, penggunaan
bilangan negatif dalam
matematika, serta penemuan
peta timbul,
bola dunia armiler bertenaga
hidrolik untuk keperluan
astronomi, dan
seismometer dengan
bandul terbalik yang dapat digunakan untuk mengetahui tempat terjadinya gempa bumi berdasarkan arah mata angin.Konfederasi suku nomaden yang disebut
Xiongnu[7] berhasil mengalahkan Han pada tahun 200 SM dan memaksa mereka untuk membayar upeti, tetapi Xiongnu tetap melanjutkan serangan militer mereka di perbatasan Han. Kaisar Wu melancarkan
sejumlah perang melawan mereka. Kemenangan besar Han dalam perang ini akhirnya memaksa Xiongnu untuk menerima status sebagai negara pembayar upeti. Peperangan ini memperluas wilayah Han hingga ke
Cekungan Tarim di
Asia Tengah, membagi Xiongnu menjadi dua konfederasi terpisah, dan turut andil dalam membangun jaringan perdagangan luas yang dikenal dengan sebutan
Jalur Sutra, yang menjangkau hingga
kawasan Laut Tengah. Wilayah utara perbatasan Han kemudian diserbu oleh konfederasi nomaden
Xianbei. Kaisar Wu juga
memperluas wilayah ke Kawasan Selatan Tiongkok dan menaklukkan
Nanyue pada 111 SM dan
Dian pada 109 SM. Selain itu, ia juga melancarkan ekspedisi militer ke
Semenanjung Korea dan mendirikan
Jun Xuantu dan
Lelang di wilayah tersebut pada 108 SM.Setelah tahun 92 M, para
kasim semakin terlibat dalam panggung perpolitikan istana. Mereka turut campur dalam perebutan kekuasaan antara klan berbagai maharani (permaisuri) dan ibu suri, dan hal inilah yang mengakibatkan kejatuhan Han. Wewenang kekaisaran juga ditantang oleh perkumpulan keagamaan
Taoisme yang mengobarkan
Pemberontakan Serban Kuning dan
Pemberontakan Wu Dou Mi Dao. Sesudah kematian
Kaisar Ling (berkuasa 168–189 M), para kasim dibantai oleh para panglima militer. Kemudian, para ningrat dan gubernur militer menjadi panglima perang dan membagi-bagi wilayah kekaisaran. Dinasti Han secara resmi bubar setelah
Cao Pi, Raja
Wei, merebut takhta dari
Kaisar Xian pada tahun 220 M.