Gerindra (2012–2014)
Golkar (2008–2012)
Ir. Basuki Tjahaja Purnama,
M.M. (
EYD:
Basuki Cahaya Purnama,
nama Tionghoa: 鐘萬學 / Zhōng Wànxué ,
[2] lahir 29 Juni 1966), lebih dikenal dengan panggilan
Hakka Ahok (阿學) atau inisial
BTP, adalah
pengusaha dan
politikus keturunan
Tionghoa-Indonesia yang menjabat
Komisaris Utama PT. Pertamina sejak 25 November 2019. Ia merupakan kakak kandung dari
Basuri Tjahaja Purnama (
Bupati Belitung Timur periode 2010–2015). Di dunia politik, ia tergabung dalam
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang terdaftar sebagai anggota sejak 8 Februari 2019.
[3]Basuki memulai karier politiknya dengan bergabung dengan
Partai Perhimpunan Indonesia Baru pada 2003, lalu mencalonkan diri sebagai anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan berhasil memenangkan kursi.
[4] Pada
Pilkada Belitung Timur 2005, ia diusung sebagai calon
Bupati Belitung Timur didampingi oleh
Khairul Effendi dan berhasil memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 37,13%. Karier politiknya cukup gemilang hingga kemudian maju sebagai calon
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dengan dukungan penuh dari mantan
Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid.
[5] Namun, sayangnya ia kalah telak dari pasangan calon
Eko Maulana Ali–Syamsuddin Basari.
Partai Golongan Karya (Golkar) menjadi wadah politik baru bagi Basuki untuk mencalonkan diri sebagai anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk daerah pemilihan
Kepulauan Bangka Belitung pada
Pemilu Legislatif 2009. Alhasil, ia memperoleh 119,232 suara, sehingga dapat menduduki kursi legislatif dan duduk sebagai anggota
Komisi II.
[6] Pada
Pilgub DKI Jakarta 2012, ia digandeng oleh
Joko Widodo (
Wali Kota Surakarta) untuk menjadi calon
Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan diusung oleh
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
[7] Ketika pencalonannya, ia berpindah partai ke Partai Gerindra. Tak disangka-sangka, perjuangannya tersebut membuahkan hasil dengan presentase 53,82% suara dan dilantik secara resmi oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada 15 Oktober 2012.
[8]Pada 1 Juni 2014, Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo mengambil cuti panjang untuk menjadi calon presiden dalam
Pemilu Presiden 2014, maka Basuki resmi diangkat menjadi Pelaksana Tugas Gubernur. Setelah terpilih dalam
Pemilu Presiden 2014,
Joko Widodo resmi mengundurkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober 2014. Secara otomatis, ia menjadi Pelaksana Tugas
Gubernur DKI Jakarta.
[9]Nama Basuki mulai dikenal luas oleh masyarakat setelah dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta yang dilantik pada 19 November 2014 di
Istana Negara berdasarkan hasil rapat paripurna istimewa di Gedung
DPRD DKI Jakarta yang dilaksanakan pada 14 November 2014
[10] setelah sebelumnya diangkat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur sejak 16 Oktober 2014 hingga 19 November 2014 menggantikan
Joko Widodo yang menjadi
Presiden Indonesia.
[11][12] Dengan demikian, ia menjadi warga negara Indonesia dari etnis
Tionghoa dan pemeluk agama
Kristen Protestan pertama yang menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta pernah dijabat oleh pemeluk agama
Katolik, yaitu
Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta periode 1964–1965).Pada 10 September 2014, Basuki memutuskan keluar dari Partai Gerindra disebabkan karena perbedaan pendapat pada RUU Pilkada.
[13] Partai Gerindra mendukung RUU Pilkada, sedangkan Basuki dan beberapa kepala daerah lain memilih untuk menolak RUU Pilkada karena terkesan "membunuh" sistem demokrasi di
Indonesia. Hal ini membuat dirinya hilang dukungan dari Partai Gerindra. Selanjutnya, ia secara otomatis menjadi
politikus Independen. Bahkan untuk kembali maju dalam
Pilgub DKI Jakarta 2017 sempat berencana mencalonkan diri sebagai calon independen, akan tetapi pada akhirnya ia memutuskan maju dengan koalisi partai politik. Ia mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dengan didampingi oleh
Djarot Saiful Hidayat dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Tak hanya PDI-P, pasangan calon tersebut diusung pula oleh
Partai Golongan Karya (Golkar),
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan
Partai Nasional Demokrat (NasDem), serta didukung oleh
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan
Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Pada putaran kedua, ia bertambah dukungan setelah
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bergabung dalam koalisi.
[14][15] Usai melewati pertarungan yang ketat, sayangnya Basuki–Djarot dikalahkan oleh pasangan calon
Anies Baswedan–
Sandiaga Uno dengan selisih persentase 15.92% suara.
[16]Pasca mengalami kekalahan dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, ia justru mengalami nasib yang kurang beruntung. Seiring dengan pernyataannya terkait
kasus penodaan agama yang menuai kontroversial hingga dilakukan
Aksi Bela Islam yang dinakhodai oleh
Front Pembela Islam pimpinan
Muhammad Rizieq Shihab. Pada 9 Mei 2017, ia divonis dua tahun penjara oleh majelis hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
[17][18] Pada tanggal 24 Januari 2019, ia telah dibebaskan dari penjara.Pada tanggal 22 November 2019, Basuki resmi ditunjuk sebagai Komisaris Utama
Pertamina.
[19]