Agama_Yahudi
Agama_Yahudi

Agama_Yahudi

Agama Yahudi (dari kata Ibrani יהודה, Yehudah[1][2]) adalah agama asli bangsa Yahudi, yang merangkum seluruh tradisi dan peradaban religi, budaya, maupun hukum bangsa Yahudi.[3] Bagi umat Yahudi yang taat, agama Yahudi adalah ungkapan nyata dari perjanjian antara Tuhan dan Bani Israel.[4] Agama ini menyimpan khazanah susastra, amalan, wawasan teologi, dan tatanan organisasi yang kaya. Kitab Taurat adalah bagian dari khazanah susastra yang terdiri atas kumpulan Tanak atau Alkitab Ibrani, dan kumpulan tradisi tutur yang baru dibukukan kemudian hari, semisal Midras dan Talmud. Dengan jumlah pemeluk sekitar 14,5 sampai 17,4 juta jiwa,[5] Agama Yahudi menempati peringkat ke-10 dalam daftar agama besar dunia.Ada bermacam-macam mazhab dalam agama Yahudi, kebanyakan berpangkal dari mazhab Yahudi Rabani, yang yakin bahwa Tuhan mewahyukan syariat dan titah-titah-Nya kepada Musa di Tur Sina dalam bentuk lisan maupun tulisan.[6] Dari masa ke masa, ada saja golongan yang menyanggah seluruh atau sebagian dari keyakinan semacam ini, misalnya kaum Saduki dan kaum Yahudi Yunani pada zaman Haikal ke-2, kaum Yahudi Karayi dan kaum Yahudi Sabatayi pada awal dan akhir Abad Pertengahan,[7] serta mazhab-mazhab Yahudi non-Ortodoks pada Zaman Modern. Ada pula mazhab-mazhab modern, semisal mazhab Yahudi Humanis, yang tidak mementingkan keimanan kepada Tuhan.[8] Mazhab-mazhab terbesar saat ini adalah Yahudi Ortodoks (Yahudi Haredi dan Yahudi Ortodoks Modern), Yahudi Konservatif, dan Yahudi Pembaharuan. Satu mazhab berbeda dengan mazhab lain dalam pendekatan terhadap syariat Yahudi, tradisi Rabani, dan arti penting negara Israel.[9] Mazhab Yahudi Ortodoks berkeyakinan bahwa Taurat maupun syariat Yahudi berasal dari Tuhan, bersifat kekal dan ajek, serta wajib dipatuhi. Mazhab Yahudi Konservatif dan Yahudi Pembaharuan berpandangan lebih liberal. Dibanding mazhab Yahudi Pembaharuan, mazhab Yahudi Konservatif pada umumnya mengusung tafsir yang lebih tradisional atas syariat Yahudi. Mazhab Yahudi Pembaharuan lazimnya berpendirian bahwa syariat Yahudi harus dipandang sebagai seperangkat pedoman umum alih-alih sebagai seperangkat larangan dan perintah yang wajib dipatuhi segenap umat Yahudi.[10][11] Di masa lampau ada mahkamah khusus bagi penegakan syariat Yahudi. Sekarang ini pun masih ada mahkamah-mahkamah syariat Yahudi, tetapi pengamalan syariat Yahudi kini lebih banyak bergantung pada kerelaan umat.[12] Wibawa keilmuan di bidang teologi dan syariat tidak ditumpukan pada seorang tokoh atau suatu lembaga tertentu, melainkan pada Kitab Suci dan para mufasir Kitab Suci, yakni para rabi dan alim-ulama.[13]Agama Yahudi terlembagakan di Timur Tengah pada Zaman Perunggu.[14] Agama ini adalah pengembangan dari kepercayaan Bani Israel sekitar tahun 500 SM,[15] dan dipandang sebagai salah satu kepercayaan paling tua kepada Tuhan Yang Maha Esa.[16][17] Sebutan "orang Ibrani" maupun "Bani Israel" sudah tergantikan dengan istilah "orang Yahudi" dalam kitab-kitab Tanak terkemudian, misalnya Kitab Ester. Di dalam kitab ini, istilah "orang Yahudi" digunakan sebagai ganti istilah "Bani Israel".[18] Susastra, tradisi, dan nilai-nilai agama Yahudi berpengaruh besar terhadap agama-agama Abrahamik terkemudian, yakni agama Kristen, agama Islam, dan agama Baha'i.[19][20] Ada banyak unsur agama Yahudi yang turut mempengaruhi etika dan hukum sipil di luar ranah agama di Dunia Barat, baik secara langsung maupun tidak langsung.[21] Sebagaimana Yunanisme, Ibranisme juga merupakan salah satu faktor penting pembentuk peradaban Barat pada Abad Kuno, dan sebagai lingkungan yang melatarbelakangi kemunculan agama Kristen, agama Yahudi cukup banyak berjasa membentuk cita-cita luhur dan etika Dunia Barat sedari zaman Gereja Perdana.[22]Umat Yahudi adalah kelompok etnoreligius[23] yang beranggotakan orang-orang Yahudi sejak lahir maupun orang-orang yang baru memeluk agama Yahudi. Pada tahun 2015, jumlah umat Yahudi sedunia diperkirakan mencapai 14,3 juta jiwa, atau kurang lebih 0,2% dari populasi dunia.[24] Dari jumlah keseluruhan ini, kira-kira 43% menetap di Israel, 43% lagi menetap di Amerika Serikat dan Kanada, sebagian besar dari sisanya menetap di Eropa, sementara selebihnya terserak di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Australia.[24]